Suara musik itu mulai menggetarkan bangunan seluas 105×70 meter yang berpusat di tengah Kota Jakarta, tepatnya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK).
Riuh muda mudi memenuhi sudut-sudut ruangan, tak ada jarak satu dengan yang lainnya. Goyangan heroik dari personil Black Pink seakan menghipnotis 70 ribu penonton dalam gedung itu.
Girlband asal Korea Selatan ini telah melakukan World Tour-nya hingga ke Asia dengan target 56 Tour di seluruh benua, baik Asia, Amerika Utara, Eropa, Meksiko, dan Australia.
Kemeriahan konser Black Pink yang di adakan 11-12 Maret kemarin adalah salah satu konser terbesar semenjak melakukan tour-nya. GBK dipenuhi remaja, pemuda dan pemudi, baik dari kalangan masyarakat hingga artis papan atas.
Kemeriahan itu, tampak menjadi indah di tengah desakan tubuh generasi muda yang tanpa batas, aurat yang terbuka di mana-mana, goyang heroik terasa mengguncang tembok GBK di malam-malam konser tersebut. Pelukan manis antar pasangan non halal menikmati lantunan musik dan lenturnya goyangan personil Black Pink terasa hidup penuh kebahagiaan dan milik berdua.
Hiruk pikuk konser tersebut menyisakan dilema dan risau di hati mereka yang terdapat secercah iman akan mulianya seorang wanita dengan kehormatannya.
Kehormatan yang seharusnya ia jaga sebagai perhiasan dan permata suci, tubuh yang mestinya ditutupi kain syariat, jauh dari tatapan dan sentuhan dari mereka yang tidak halal baginya.
Secercah iman hati kecil itu, tak sanggup menahan derasnya air mata, ketika merenungi secara mendalam tersingkapnya kehormatan mereka yang bagian dari saudara imannya dan sebangsanya. Hampir saja, asa dan harapan itu putus, mereka yang diharapkan sebagai ibu peradaban negeri ini, tak kunjung sadar akan mulianya diri dan kehormatannya.
Sabtu-Ahad, 11-12 Maret kemarin, konser Black Pink bertepatan dengan Kajian Ramadhan Ilmiah Muslimah (KARIMAH) yang diadakan oleh Forum Muslimah Dakwah Kampus Indonesia (FMDKI).
Meriahnya kegiatan ini menyelimuti berbagai provinsi di Indonesia di 55 titik, mulai dari Ibu Kota Jakarta, Whole Sulawesi, Maluku, Kalimantan, hingga ke ujung negeri Sabang.
Berbeda dengan keriuhan konser Black Pink, KARIMAH FMDKI justru dipenuhi dengan haru dan isak tangis oleh puluhan peserta dari Kota Cengkih nama julukan Kabupaten Tolitoli Sulawesi Tengah tersebut.
Mulai sahaja Ketua Prodi Manajemen STIE Mujahidin Ibu Ijma, S.E., M.Ak menyampaikan pesannya, membuat ruangan itu seketika hening dan haru atas harapan dia dapat kembali merasakan manisnya hidayah dari KARIMAH FMDKI ini.
“Semoga Allah menggerakkan hati saudara untuk mengajak saya sebagai pembuka acara ini, menjadikan awal hidayah kembali bagi saya lagi,” harapnya sambil menitikkan air mata, Ahad (12/3).
Nikmat hidayah itu manisnya mengalahkan gula yang setiap saat dikecap oleh lidah. Karena nikmat hidayah itu, manisnya tersirat dalam jiwa, yang diberi oleh Sang Pencipta kepada mereka yang dicintainya.
KARIMAH FMDKI menggetarkan jiwa yang terdapat secercah iman dalam dirinya. Ramadhan The Real Healing adalah narasi besar yang ingin disampaikan KARIMAH FMDKI kepada seluruh pesertanya bahwa Ramadan adalah wadah terbaik kembali pada kesucian jiwa dan kehormatan diri.
“Jika seorang wanita menunaikan salat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadan, menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: ‘Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau.’” (HR. Ahmad)
Secercah harapan itu muncul dari 3.413 ribu lebih peserta KARIMAH FMDKI di seluruh penjuru negeri, para wanita muslimah yang berusaha teguh dalam menjalankan syariat-Nya, mereka menjaga kesucian dan kehormatan dirinya. Membekali dirinya dengan ilmu sebagai asas peradaban bagi anak-anak dan generasinya di masa yang akan datang.
Mereka tak pernah lelah untuk belajar, berjuang, mengajak dengan penuh kasih sayang kepada saudara muslimah lainnya, agar mereka bisa merasakan nikmatnya hidayah dan kembali kepada fitrah kemuliaan dan kesuciannya sebagai seorang wanita.
Risau hati mereka saksikan saudaranya di konser Black Pink, menggetarkan jiwa bagi mereka yang sedang islah. Seakan memberikan isyarat bahwa perjuangan ini masih amat panjang.
Secercah harapan itu masih ada, di tengah pendegradasi moral yang begitu parah. Ketenangan hati menyaksikan mereka yang indah dan anggun dengan kerudung panjangnya bersimpuh di kegiatan KARIMAH FMDKI. Mereka yang diharapkan menjadi rahim yang kokoh lahirnya generasi rabbani dan masyarakat madani di negeri ini.
Yakinlah, harapan itu ada, dukungan moril KARIMAH FMDKI membuka tabir segenap dosen dan pimpinan-pimpinan kampus di seluruh negeri mengapresiasi dan seakan memberi isyarat bahwa kami titipkan generasi kami kedepan di pundakmu wahai para wanita shalihah.
“Saya bangga dengan anak-anak saya yang masih membawa kebaikan khususnya di kampus kami dan itu saya sangat apresiasi, apalagi ananda adalah wanita, semoga dengan kegiatan ini anak-anak saya Insya Allah bisa menyambut bulan Ramadhannya dengan baik,” tutur Dr. Jalal, M.Pd selaku Wakil Rektor III Universitas Megarezky Makassar, Ahad (12/3).
Kepadanyalah kita titipkan harapan kita, semoga Allah meneguhkan langkah dan perjuangannya dalam menjaga kesucian diri dan kehormatannya. Wanita muslimah yang menjadi ibu peradaban bagi agama dan negeri ini.
Ku yakin ini adalah sulit dan butuh perjuangan yang panjang. Tapi yakinlah, dari KARIMAH FMDKI ini, semoga menjadi awal lahirnya secercah harapan yang akan menyinari negeri ini dengan tuntunan Ilahi dan balutan kasih wanita shalihah.
Penulis: Muhammad Akbar, S.Pd., M.Pd
(Mahasiswa Program Doktor UIN Alauddin Makassar)
Discussion about this post